A.
TUJUAN
Menemukan
rumus penjumlahan dua vektor sebidang.
B.
DASAR
TEORI
Besaran fisika yang mempunyai arah seperti misalnya
kecepatan, gaya, medan listrik, dan lain sebagainya, lazim dinyatakan dengan
apa yang dinamakan vector, yang symbol geometrisnya berwujud anak panah dan
secara aljabar berupa jajar bilangan-bilangan yang menyatakan
komponen-komponennya. Secara umum, besaran fisika yang mempunyai arah,
dinyatakan sebagai vector yang berupa anak panah yang arahnya sejajar dengan
arah besaran fisika itu dan panjangnya sebanding serta menyatakan besarnya
besaranfisika tersebut (Peter Soedojo, 1995 : 2).
Pada
bagian lain, resultan vektor dapat di hitung melalui analisis vektor yaitu
dengan cara menguraikan vektor menjadi komponen-komponennya.
Resultan vektor akan menjadi bagian penting dalam
pelajaran fisika misalnya mekanika. Melalui analisis vektor, persoalan mekanika
dan dinamika yang sulit di visualisasikan dapat di sederhanakan untuk analisis
penyelesaian masalah.
1)
Statif
2)
Beban
3)
Benang kasur
4)
Kertas
5)
Busur derajat
D.
LANGKAH
PERCOBAAN
1.
Susunlah statif, katrol bertangkai,
kertas dan beban seperti pada gambar berikut:
2.
Aturlah beban A, B, dan C sehingga
mencapai keseimbangan (sistem tidak bergerak lagi)
3.
Ukurlah
sudut α, kemudian masukkan data percobaan ke dalam tabel.
4.
Ulangi langkah 1-5 sebanyak 5 kali.
E.
HASIL
PENGAMATAN
No.
|
F1
|
F2
|
FR
|
α
|
1
|
500
|
500
|
500
|
124o
|
2
|
500
|
500
|
750
|
86o
|
3
|
750
|
1000
|
750
|
130o
|
4
|
750
|
500
|
1250
|
57o
|
5
|
500
|
500
|
1000
|
51o
|
F.
ANALISIS
DATA
No.
|
F12
(N)
|
F22
(N)
|
FR2
(N)
|
Cos α
|
2F1F2cosα
|
F12+F22+2F1F2cosα
|
1
|
250.000
|
250.000
|
250.000
|
-0,093
|
-46.388
|
453.612
|
2
|
250.000
|
250.000
|
562.500
|
0,440
|
220.072
|
720.072
|
3
|
562.500
|
1.000.000
|
562.500
|
-0,367
|
-550.937
|
1.011.563
|
4
|
562.500
|
250.000
|
1.562.500
|
0,900
|
674.900
|
1.487.400
|
5
|
250.000
|
250.000
|
1.000.000
|
0,965
|
482.483
|
982.483
|
Berdasarkan tabel hasil pengamatan nomor 1,
2, dan 5, maka dalam keadaan F1 dan F2 yang sama, namun FR
diperbesar akan menghasilkan sudut yang semakin kecil.
Hal tersebut dapat dilihat pula pada tabel
analisis data nomor 1, 2, dan 5. Pada tabel analisis data tersebut, peneliti
menghitung FR dengan menggunakan rumus yang tersedia (menggunakan
nilai cos α). Dengan F1 dan F2 yang sama, namun sudut α
diperkecil (nilai cos α semakin besar), akan menghasilkan FR yang
semakin besar.
Pada tabel hasil pengamatan nomor 2 dan 5,
peneliti membuat nilai F1 dan nilai F2 berbeda, namun FR
dibuat sama. Ternyata, ini menghasilkan sudut α yang berbeda. Ini berarti,
besar sudut α tidak hanya dipengaruhi oleh besar FR melainkan besar
gaya lainnya (F1 dan F2).
Berdasarkan tabel analisa di atas, dapat
dilihat bahwa apabila gaya yang digantungkan pada katrol diubah-ubah, maka sudut
α akan berubah pula. Pada tabel ini, terdapat nilai yang berbeda antara FR
yang dihitung menggunakan rumus dengan FR yang peneliti tetapkan
pada sistem (tabel hasil pengamatan). Kesalahan
yang terjadi dapat saja saat menghitung besar gaya yang ditunjukkan atau saat
menentukan besar sudut α . Kesalahan
dapat juga terjadi karena bahan yang digunakan saat percobaan sudah tidak bagus
lagi keadaannya.
G. KESIMPULAN
1)
Menentukan
gaya berat dapat dilakukan dengan pengukuran gaya secara statis menggunakan statif
dan tali. Nilai gaya berat dilihat dari resultan sudut dan massa beban.
2)
Perubahan yang terjadi pada F1,
F2, dan FR akan menghasilkan sudut yang berbeda.
3)
Besarnya sudut α tidak hanya
dipengaruhi oleh FR, melainkan juga dipengaruhi oleh besar
gaya lain yang bekerja pada sistem.
4)
Semakin besar sudut α yang dibentuk,
menghasilkan FR yang semakin kecil (FR berbanding
terbalik dengan besar sudut). Ini berlaku bila kondisi F1 dan F2
dibuat sama.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus